QLC
Yep. This has been disturbing me since a very long time. Melihat teman-teman tumbuh berlarian melesat, sementara aku masih terdiam, termangu. Menimbang nasib. Hendak memulai apa dan dari mana, tidak tahu. "Jadi, kamu iri, Nad?" Ya dan tidak. Aku bahagia, sangat bahagia dengan pencapaian mereka. Bangga bahwa dia, orang yang kini berdiri di atas podium, adalah kawan baikku. Ia menghargaiku dan aku pun menghargainya. Namun diri tak menampik, bahwa melihat betapa banyak kebaikan yang mampu mereka jemput, terasa bak menabur garam pada luka. Pedih, sedemikian sajakah yang mampu kuperbuat hari ini? "Setiap orang punya masa dewasanya masing-masing, Nad. Timing -mu mungkin bukan sekarang, namun nanti entah kapan. Jangan khawatir." Betul. Tapi menjadi dewasa adalah sesuatu yang perlu diusahakan. Tidak semerta-merta hadir bak durian runtuh. Aku termangu di depan cermin. Hendak dipatut seapik apapun, terlanjur sudah diri penuh dengan luka dan goresan batin. Tubuh berlumur